VIVAnews - Menurut laporan terbaru Tavess, penetrasi pasar GSM Indonesia diperkirakan kembali mencatat pertumbuhan positif hingga 12 persen tahun ini.
Penetrasi telepon selular, khususnya layanan suara, mendekati 80 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pada tonggak ini, pasar mendekati titik jenuh. Namun, pertumbuhan dua digit masih bisa dicapai tahun ini.
Sebagaimana diketahui, pasar GSM, yang diestimasi menguasai 85 persen total pasar selular di Indonesia, saat ini dilayani oleh lima operator, yaitu Telkomsel, XL, Indosat, Hutchison, dan Axis.
Tiga operator terbesar, yaitu Telkomsel, XL, dan Indosat, secara kolektif menikmati 90 persen pangsa pasar sendiri dari total pelanggan GSM, termasuk 75 persen di antaranya adalah pelanggan korporat (enterprise).
Lantas apa tantangan terbesar operator GSM tahun ini?
Menurut Tavess, tantangan terbesar masih seputar peningkatan laba bersih. Meskipun diperkirakan adanya pertumbuhan signifikan di sisi pendapatan maupun pelanggan, para pemain GSM harus jatuh bangun menggenjot profit. Hal ini disebabkan tarif yang sangat murah dan kompetitif.
Para operator menyadari hal ini, namun mereka sulit jika harus mengubah pola tarif yang ada secara signifikan. Kemungkinan batas bawah tarif panggilan GSM kurang lebih tetap sama hingga akhir tahun. Bagi beberapa operator, tingkat perpindahan pelanggan (churn rate) tetap menjadi perhatian utama.
Tantangan lain untuk industri juga datang dari inisiatif besar regulator yang diperkirakan akan terealisasi tahun ini. Pertama, penurunan tarif interkoneksi. Kedua, penurunan biaya frekuensi berbasis bandwidth ketimbang biaya frekuensi berbasis BTS. Keduanya akan berdampak pada penurunan batas bawah tarif telepon seluler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca artikel. Mohon luangkan waktu sobat untuk memberikan komentar pada artikel ini.